12 November 2019 rangkaian kegiatan Civil Expo pada hari ini adalah Kuliah Umum dan Seminar Pendidikan Kejuruan & Teknik Sipil. Tema yang diangkat pada acara ini adalah Perkembangan Teknologi Mitigasi Gempa di Indonesia. Kuliah umum kali ini sangat spesial karena selain pesertanya merupakan perwakilan mahasiswa Teknik Sipil se-Indonesia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia (FKMTSI) hadir pada Kuliah Umum ini narasumber-narasumber yang ahli di bidang teknologi mitigasi gempa, yaitu: Yudhi Widiastomo, ST MT (Analis Bencana, Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Mulyo Harris Pradono (Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana, TPSA-BPPT), dan Krisna Setiawan, S.Pd (Alumni S1 Pendidikan Teknik Bangunan FT UNJ yang saat ini merupakan Bridge Engineer di PT Bukaka Teknik Utama). Acara dimoderatori oleh Ibu Sittati Musalamah, M.T.

Pada paparannya, Yudhi Widiastomo menjelaskan mengenai sejarah kegempaan di Indonesia. Dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan bencana karena Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonik utama yang aktif yaitu Eurasia, Pasifik dan Hindia Australia. Rawan bencana sepertiL gempa bumi, tsunami, erupsi gunungapi. Kemudian Indonesia terletak di khatulistiwa berbentuk kepulauan. Rawan bencana seperti: banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem. Dari beberapa bencana yang disebutkan, gempa bumi menjadi bencana yang paling diwaspadai.

 

Kemudian, narasumber berikutnya Mulyo Harris Pradono dari BPPT menjelaskan mengenai teknologi yang telah dikembangkan untuk mitigasi gempa dalam konstruksi Indonesia. Pada paparannya beliau menjelaskan salah satu cara yang dapat dilakukan dengan “mengikat tembok”. Maksudnya adalah jaring (mesh) dilingkupkan pada tembok sisi luar dan dalam.

Secara umum, beliau menjelaskan bahwa metoda untuk membuat bangunan tahan terhadap gempa, yaitu: 1) Membuat bangunan mampu berdeformasi besar tanpa kehilangan kekuatan (sifat liat / ductile); 2) Menambah penyerap energi getaran di bangunan; 3) Menjauhkan frekuensi alami bangunan dari frekuensi dominan gempa (dengan isolasi gempa; dan 4) Fondasi yang kuat. Saat ini BPPT telah mengembangkan suatu sistem yang disebut SIJAGAT (Sistem Kaji Kerentanan Gedung akibat Gempa Bumi). Sistem bertujuan untuk mengetahui kondisi keandalan struktur gedung terhadap ancaman gempa bumi dan memberikan rekomendasi teknis sesuai dengan hasil kajian.

Narasumber berikutnya, Krisna Setiawan. Pada paparannya ia menjelaskan mengenai Analisis Gempa dan Teknologi Seismic Isolation Lead Rubber Bearing. Lead Rubber Bearing LRB adalah salah satu sistem anti seismik base isolator yang banyak digunakan pada bangunan untuk mereduksi gaya gempa. LRB ini terdiri dari beberapa lapisan karet alam atau sintetik yang mempunyai nisbah redaman kritis antara 2-5. Narasumber yang merupakan alumni angkatan 2012 ini sejak menyelesaikan tugas akhir/ skripsinya memang menyukai hal-hal berkaitan dengan perilaku struktur bangunan maka tak heran saat ini ia bekerja sebagai profesional di bidang bridge engineer. 

Kuliah umum berjalan lancar, peserta sangat antusias memperhatikan penjelasan masing-masing narasumber. Di sesi siang, diadakan seminar penelitian dengan tema Pendidikan Kejuruan dan Teknik Sipil. Seminar penelitian ini bertujuan sebagai ajang publikasi bagi mahasiswa tingkat akhir prodi S1 PVKB. Tercatat ada 19 artikel yang terkumpul, baik dari dalam maupun dari luar UNJ. Hasil akhir dari seminar penelitian ini berupa buku prosiding yang ber-ISBN. Selamat bagi panitia yang bekerja keras mewujudkan kegiatan ini!

Buku Pedoman Seminar Pendidikan Kejuruan dan Teknik Sipil (SPKTS) 2019

By DN